Negri di Atas Awan – Bromo

Pertama, gue mau ngasih tau kalo sebenernya gue bingung ngasih judul apa buat tulisan ini. Kan gak asik banget kalo judulnya Bromo-gak menjual! Akhirnya gue inget dengan judul lagunya Kla Project, yaudah lah gue kasih judul yang mirip. Biar #asyek aja.

Oek, perjalanan ke Bromo ini bisa dibilang sebagai perjalanan dadakan karena gue dan temen-temen gue ngeliat promo tiket kereta eksekutif yang cuma sepuluh ribu, jadinya ya hajar aja. Bingung mau jalan-jalan ke mana akhirnya kita memutuskan untuk beli tiket Jakarta-Surabaya, mau jalan ke mana itu kita pikirkan nanti. Paling penting tiket sudah di tangan. Jadi, perjalanan ini kita lakukan pas abis lebaran dan kita di Bromo pas dengat perayaan kemerdekaan RI. Gue yakin, Bung Karno dan Bung Hatta pasti bangga ama kita. hahahha

Jadi, total yang ikut ada sebelas orang dan dari bermacam daerah. tadinya kita hanya berenam, tapi untuk lebih ngirit lagi akhirnya temen gue buka info untuk jalan-jalan bareng ke bromo. Akhirnya terkumpul lah sebelas orang ini, yang berarti kita makin irit karena yang nanggung share costnya jadi lebih banyak. hahahahaha

Gue, Ata, Dinsya, sama Lutfi-yang abis gelandang selama seminggu di Jakarta- berangkat dari Jakarta. Yogi dan Rendy berangkat dari Jogja, sedangkan sisanya berangkat terpisah, ada yang dari Lamongan, Jakarta, dan Bandung. Tapi ada satu orang yang gak ikut ke Bromo. Dia milih balik lagi ke Jogja setelah sampe Surabaya (Dinsya payah!). Kita sepakat untuk titik pertemuannya adalah Terminal Malang. Akhirnya setelah Sholat Jumat kita kumpul di Terminal Malang setelah sebelumnya Gue dan lima orang lainnya menghabiskan 3 jam perjalanan di bus Surabaya-Malang. Dari terminal Malang, kita menuju ke Pasar Tumpang. Kejadian lucunya adalah, kita diantar oleh bapak supir angkotnya ke tempat orang-orang yang akan naik ke Semeru. Padahal bawaan kita gak ada bentuk-bentuk buat naik gunung.

Setelah sampai ke tempat yang tepat akhirnya kita bertemu dengan orang yang akan mengantarkan kita ke Bromo. Dengan menaiki jeepnya, sekitar jam 4 sore kita menuju ke penanjakan. Kita disuguhi pemandangan yang keren selama perjalanan dari Pasar Tumpang ke penanjakan. Begitu sampai di penanjakan tiga, kita pun mendirikan tenda dan masak. Setelah perut kenyang ada yang melanjutkan tidur dan sebagian lagi memilih untuk mengobrol dengan bapak-bapak penjual kopi di sana yang merupakan orang Tengger.

Banyak cerita menarik dari obrolan kami, mulai dari yang keren, bikin takjub, sampai ke bagian mistisnya.  Mereka mengakui bahwa Suku Tengger lah yang merupakan moyang dari orang Jawa. Untuk masalah ini, gue percaya. Karena apa? Bapak-bapak ini menurut gue bisa ngomong bahasa jawa dari semua daerah di Jawa. Untuk kalian ketahui, bahasa jawa itu versinya macam-macam, ada bahasa jawa ngapak (seperti di daerah Tegal), bahasa jawa yang logatnya seperti di Jawa Tengah dan Yogyakarta, serta bahasa jawa timuran. Hebatnya adalah bahasa jawa Orang Tengger itu adalah campuran dari semuanya. Mantap! Sepertinya gue sedang berada di tanah nenek moyang!

Karena dinginnya yang keterlaluan, sekitar jam 10an gue balik ke tenda buat tidur, yang akhirnya gak bisa tidur juga sih, soalnya dinginnya itu keterlaluan. Jam dua kita harus bangun untuk menuju ke penanjakan 1 atau penanjakan 2 untuk melihat sunrise. Dan dari jam 2 hingga jam 4 pagi penyiksaan itu dimulai.Penyiksaan apa itu? Ya anggap aja jalan nanjak terus itu adalah penyiksaan. Maklum la, gue bukan orang yang hobi dan seneng naik gunung.

Penyiksaan… Penyiksaan… Penyiksaan… Penyiksaan… Penyiksaan…

Target untuk menuju penanjakan 1 tidak tercapai karena kita jalannya pelan atau karena diatas sudah terlanjur ramai. Tapi, kalau temen-temen yang lain pada lanjut sih, gue lebih memilih untuk tetap di penanjakan 2. Dan kita adalah orang pertama yang sampai di penanjakan 2. Ketika hampir sampai, orang yang berjualan kopi di sana menyapa kita dengan bahasa Inggris, ternyata yang sering jalan kaki itu turis luar negri sementara jika orang Indonesia lebih memilih untuk naik jeep ke penanjakan 1. Seketika itu pula mendadak ramai. Tapi, penyiksaan itu terbayar dengan sunrise yang #asyek banget!

Awal menuju terbit
Ini si matahari terbit
Gunung Batok, Bromo, dan Semeru dilihat dari penanjakan
Gunung Batok, Bromo, dan Semeru dilihat dari penanjakan (foto diambil oleh Luthfi)
Keramaian di Penanjakan 2
Keramaian di Penanjakan 2

setelah terang kita turun dan hanya butuh waktu setengah jam untuk turun. Mantap! Sampai bawah, istirahat sebentar, kemudian kita naik jeep kembali menuju ke Gunung Bromo. Pas sampe Bromo panas dicampur cuaca yang dingin. Aneh dah rasanya.

Jalan turun dari penanjakan
Jalan turun dari penanjakan
'Ternak'-nya orang sekitar Gunung Bromo
‘Ternak’-nya orang sekitar Gunung Bromo

 

Tangga menuju kawah Bromo, dia atas ada yang sedang upacara 17 Agustus
Tangga menuju kawah Bromo, dia atas ada yang sedang upacara 17 Agustus (foto diambil oleh Luthfi)

Selepas turun dari kawah, kita langsung menuju ke tempat yang di sebut dengan “Pasir Berbisik”, katanya sih suara pasir di sini kalau sedang tertiup angin seperti orang berbisik. Selain itu, juga karena pernah dibuat untuk pengambilan gambar film Pasir Berbisik. Setelah itu, kita mampir sebentar di Bukit Teletubbies. Bukit ini berupa gundukan yang mirip dengan rumah Teletubbies, makanya diberi nama seperti itu. Dari sana, kita langsung menuju ke Air Terjun Coban Pelangi. Ternyata, coban adalah bahasa jawanya (untuk daerah Malang) Air Terjun.

Setelah dari air terjun, kita beristirahat sejenak di rumah pemilik jeep. Petangnya, kami menuju ke Kota Malang dan ngegembel selam dua malam, karena kereta yang akan membawa kita pulang ke Jogja baru ada tanggal 19 pagi. Rencananya sih tadinya kita mau keliling Surabaya, tapi karena sudah terlalu lelah akhirnya kita diam saja di Malang.

Tiga hal yang kita andalkan selama ngegembel di Malang, yaitu, warung kopi, pelatran stasiun dan masjid. Hahahaha. Selama di Malang kita disuguhi oleh Bakso Malang yang harganya gak wajar di sekitar Alun-alun Kota Malang. Saran aja sih, lebih baik bertanya dulu sebelum makan, jangan terpancing dengan siapa yang sedang makan di tempat tersebut. Hahahaha

Hal yang menempel di kepala adalah, Gue pengen muter-muterin Kota Malang lagi karena asik banget nih kota, apalagi sambil nonton Arema!!!

Salam dari tim Hore Bromo!!!
Salam dari tim Hore Bromo!!!

 

Leave a comment