Cerita Lama Terulang Lagi

Duel  ISL hari ini (27/5) menyajikan pertandingan klasik Indonesia, Persija vs Persib di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Sebuah pertandingan yang selalu menyajikan rivalitas yang luar biasa. Rivalitas ini telah tersaji-saji selama bertahun-tahun.

Tak akan terlihat warna biru di GBK. Semuah bobotoh yang menuju Jakarta akan menjadi seorang yang biasa, tanpa menunjukkan identitasnya bahwa ia adalah seorang bobotoh. Mereka yang menggunakan kendaraan pribadi akan merubah plat nomornya menjadi B. Atmosfir di dalam stadion pun tak jauh beda. The Jak (Sebutan supporter Persija) akan selalu menyanyikan lagu-lagu untuk mendukung Persija, bahkan untuk memprovokasi lawan dan supporternya. Ya, rivalitas antara kedua tetangga ini memang sangat lah kuat.

Namun, lagi-lagi sepakbola negeri ini ternoda dengan rivalitas yang berujung kematian. Setelah laga tersebut, saya pun membuka internet untuk mencari beritanya. Ya, di beberapa portal berita sudah bermunculan berita tentang dua supporter yang dikeroyok. Satu dari mereka meninggal ketika dilarikan ke rumah sakit. Salah satu sumber beritanya bisa dibaca disini yang bersumber dari Kompas Bola. Ironis bung!

Rivalitas antara kedua klub ini memang tidak dapat dihilangkan. Bahkan, rivalitas itu, menurut saya, menjadi suatu bumbu dalam sebuah kompetisi sepakbola. Tapi bukan rivalitas seperti ini yang harus ditunjukkan. Kita tetap harus menjunjung tinggi sportivitas. Bukankah kita masih satu Indonesia?!

Saya masih heran dengan kondisi yang selalu seperti ini. Kita selalu melakukan protes terhadap kepemimpinan induk organisasi sepakbola di Indonesia. Kita selalu meneriakkan mereka dengan hal-hal yang memekakan telinga. Tapi, mengapa kita sama liarnya dengan mereka? Sama-sama membuat pengang telinga ketika mendengar kabar dari lapangan, salah satunya adalah kabar pengeroyokan ini.

Bukankah kita yang datang ke stadion bertujuan untuk menikmati sepakbola? Lalu, sejak kapan ada yang melarang datang ke stadion? Apalagi melarang mendukung tim tamu. Sejak kapan? Kita ini adalah seorang Indonesia. Seorang yang toleran terhadap yang lain. Kita ini penikmat sepakbola. Kita datang ke stadion, atau menonton lewat layar kaca, untuk menikmati sepakbola dan mendukung suatu tim adalah bonusnya.

Semoga kita masih bisa menikmati sepakbola dengan damai. 🙂

Jakarta, 27 Mei 2012